Rabu, 01 Desember 2010

INDIKATOR TERHIJABNYA SEBUAH DOA DAN KEYAKINAN AKAN SEBUAH IKHTIAR

Dengan (menyebut) nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang


Aku berlindung dari Allah Swt atas segala kekhilafan diri, Puji dan syukur kepadaNya atas nikmat-nikmatNya. Semoga shalawat dan salam tercurah pada qudwah hasanah, Nabi akhir zaman penuntun ummat, Rasulullah Muhammad Saw.

Allah Swt berfirman:
“Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.” [QS. 8:9]

Sungguh Allah Swt telah menjanjikan kepada orang-orang yang senantiasa meminta pertolongan kepadaNya. Bahkan bala bantuan seperti yang telah Allah Swt buktikan kepada para mujahid perang bersama rasulullah, dengan seribu malaikat-malaikatNya. Secara hitung-hitungan tidak mungkin 300 pasukan muslim dapat mengalahkan ribuan kafir dalam perang badar Al-kubro. Tapi, Maha besar Allah Swt, Dia menunjukkan kekuasaannya dengan memenangkan pasukan muslim. ALLAHU AKBAR! Begitu dekat pertolonganNya, terasa sekali pasukan-pasukan berjubah putih yang membantu kaum muslimin, wangi semerbak bunga-bunga surga senantiasa tercium di medan pertempuran, Isy kariman aw mut syahidan. Begitu slogan para mujahid.

Tidak terkecuali kita, dalam hidup senantiasa diselingi permasalahan, ujian, tantangan bahkan makian dari berbagai sumber. Hal itu menuntut kita untuk dekat denganNya, menjaga cintaNya, meraih ridhaNya. Senantiasa dengan begitu pertolonganNya kepada kita semakin dekat. Permasalahan yang kita hadapi berubah 180 derajat menjadikan kita dewasa dan semakin dicintai oleh Sang Pemilik Cinta.

Menanggapi berbagai masalah yang kita hadapi tentunya harus senantiasa dalam naungan dan bimbinganNya. Artinya semua harus kita hadapi dengan tetap meminta petunjukNya. Ikhtiar harus dibarengi dengan do’a dan munajat kita. Kesabaran, ketabahan, fikiran yang jernih dan aktifitas yang terencana matang menghiasi ikhtiar kita. Husnuzhon atas semua keputusan yang Allah Swt berikan menjadikan kita mampu mengenalNya lebih dekat. Mengapa harus berhusnuzhon? Karena ‘pikiran kita adalah wujud kita’. Dengan berprasangka baik niscaya aqidah kita mampu mengarahkan kematangan keimanan yang kita miliki. Wallahu a’lam.

Namun, kita harus menyadarinya bahwa do’a dan munajat kita belum tentu (langsung) diijabah olehNya. Ada beberapa syarat do’a dan munajat kita tidak terhijab. Mengenai hal ini, Ibrahim bin Adham pernah ditanya murid-muridnya: “Ya syaikh, mengapa do’a kita dihijab oleh Allah?” Kata Ibrahim:

·     Engkau mengakui keberadaan Allah, tapi engkau tidak mau melaksanakan hak-hak Allah, Engkau malah bermaksiat di bumiNya.
·       Engkau mengaku takut neraka, tapi engkau malah mempersiapkan diri memasukinya.
·       Engkau menginginkan masuk surga, tetapi malah melakukan amalan-amalan penghuni neraka.

Subhanallah, Ibrahim bin Adham menyentil kita akan aktifitas rutin yang kita lakukan. Sudahkah kita menyadarinya. Bisa jadi do’a-do’a kita terhijab karena kemaksiatan yang kita lakukan. Nauzubillah.

Seperti pula yang termaktub dalam hadits Rasulullah tentang hanya amalan yang baik yang diterima,

Dari Abu Hurairoh r.a, berkata Rasulullah SAW, bersabda :
“Sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan Alah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana Dia memerintahkan kepada para Rasul. Allah berfirman, “Hai para Rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan lakukanlah pekerjaan yang baik” [QS:Almukminun:51]. Allah SWT juga berfirman,”Hai orang-orang yangberiman,makanlah apa-apa yang baik dari yang telah Kami rezekikan kepadamu” [QS:2:172]. Kemudian Rasulullah bercerita tentang seseorang laki-laki yang menempuh perjalanan jauh, hingga rambutnya kusut dan kotor. Ia menadahkan kedua tangannya ke langit seraya berdo’a. “Ya Robb, Ya Robb”, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya kenyang dengan barang haram, maka bagaiamana mungkin do’anya akan dikabulkan”. [HR. Muslim].

Subhanallah, Mahasuci Allah dengan segala penciptaanNya, sungguh betapa inilah bukti nyata cintaNya Allah pada makhlukNya, betapa Dia ingin segalanya sesuai dengan kaidahNya dan seimbang dalam aturanNya. 

Begitulah, salahsatu dari terhijabnya do’a2 kita adalah karena bisa jadi tanpa kita sadari kita telah melakukan perbuatan haram, makan makanan yang syubhat atau bahkan bukan milik kita sehingga haram untuk dikonsumsi, minuman yang haram, pakaian yang kita kenakan dan perut kita hanya dijejali dengan semua barang haram yang kita tidak tahu dari mana asalnya atau bisa jadi berasal dari barang yang bukan menjadi hak kita, seperti yang dikatakan dalam hadits tersebut di atas.

Nampaknya kita harus berhati-hati pada setiap langkah hidup ini, kita dimintaNya untuk introspeksi, adakah selama ini, dari jutaan do’a yang terlantun, dari uraian air mata yang makin menganak sungai yang kerap menemani do’a2 kita dan segenap harapan juga asa yang tersandingkan, mengapa tak ada yang berubah? Apa yang salah? Mungkinkah do’a2 kita terhijab? Apakah kita masih melakukan amalan-amalan penghuni neraka, asyik dengan kehidupan duniawi dan lupa dengan penghidupan kita di akhirat kelak? Dan selanjutnya kita masih asyik dengan barang2 yang kita konsumsi, entah itu makanan, minuman, pakaian, uang, semuanya? Halalkah? Syubhatkah? Atau bahkan haram?,na’udzubillah….

Siapapun dari kita pasti memilih untuk hidup ideal dan sempurna. Memiliki penghidupan duniawi yang mapan, amalan terbaik yang kerap diterima, memiliki teman sejawat yang sholih yang senantiasa mengajak pada kebaikan, memiliki lingkungan yang selalu menghantarkan kultural yang islami, dan mendapat penghidupan yang baik kelak di akhirat. Sungguh, siapapun dari kita amat sangat menginginkannya. Namun, hidup bukanlah sebatang galah yang hanya lurus-lurus aja, ada kalanya ia berkelok, patah atau hancur sekalipun. Tak ada yang tak terhindar dari perbuatan dosa hatta manusia yang paling suci sekalipun, hanya Rasulullah saja yang memiliki ma’sum, dosa2nya dengan segera dibersihkanNya dengan berbagai teguranNya lewat wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Itulah mengapa, syaitan menjadi musuh paling nyata bagi manusia sejak zaman nabi Adam masih bermukim di surga. Dan semua telah diatur olehNya, mana yang akan Dia pilih, siapa yang mendapatkan penghidupan yang layak kelak di akhirat, mana yang tidak, Dia hanya memberi hidayah pada siapa yang Dia kehendaki. Semoga kita tetap berada dalam jalan kebenaranNya dan senantiasa menuntun kita untuk mendekatkan kita pada JannahNya.

Namun bukan berarti lantas kita stagnasi dan pengecut, menjadi takut untuk melangkah dan berbuat kebaikan demi bekal kita kelak, kita jadi tak makan lantaran takut untuk berfikir panjang dari mana asal muasal makanan yang kita makan, atau minuman yang kita minum, atau pakaian yang kita kenakan, darimanakah uang yang kita dapatkan? dan dikemanakan uang hasil pendapatan kita?. Tidak, saudaraku, hidup ini tetaplah harus terus berjalan, kekhawatiran kita malah akan mematikan langkah kita untuk terus berjuang dan berbuat kebaikan. Karenanya, hanya kekuatan do’a dan usaha serta sikap kehati-hatianlah yang harus ada dalam diri kita, karena sungguh manusia itu lemah, karenanya kita memohon kekuatan padaNya, meminta petunjukNya untuk senantiasa menjaga kita dari segala bentuk kema’siatan dan keharaman yang dapat menghijab do’a kita. Sungguh, amat sangat rugi manakala, setiap malam kita menangis dan terus menengadah memohon padaNya dengan untaian do’a yang terus terlantun namun di sisi yang lain, semua penghidupan kita, harta kita perilaku kita malah mendekatkan kita pada amalan penghuni neraka, na’udzubillah !.

Allahumma arinal Haqqo haqqon
Warzuqnattiba’ah
Wa arinal Bathila Bathilan
Warzuqna ijtinabah….

Sebagai muslim, kita harus tetap optimis, sekali lagi lagi husnuzhon kepada Allah Swt. Bisa juga Allah Swt mengijabahnya di lain waktu, kita ditarbiyah untuk terus bersabar dan tawakkal kepadaNya. Atau mungkin juga Allah Swt menggantinya dengan sesuatu yang lebih bermanfaat. Wallahu a’lam. Kita harus yakin dan terus berdo’a, ikhtiar dan akhirnya tawakkal. 

Ikhtiar, ya Ikhtiar merupakan perintahNya. Jangan sampai kita berleha-leha, tanpa usaha sedikitpun atas kejumudan diri ini. Begitu banyak orang-orang shalih melakukan usaha untuk memperbaiki dirinya. Lihat saja bagaimana usaha Nabiyullah Ibrahim memberantas kejahiliyahan kaumnya yang menyembah berhala, dengan beraninya ia tantang Namrudz dengan caranya. Itulah ikhtiar Nabi yang termasuk ulul azmi ini. Lain halnya dengan ikhtiar Abdurahman Bin ‘Auf yang tidak memiliki apa-apa tatkala hijrah ke Madinah. Ia hanya meminta kepada taakhi-nya diberitahu di mana letak pasar. Lantas ia berikhtiar dengan jiwa wirausahanya. Alhasil ia menjadi saudagar kaya raya.Subhanallah.

Firman Allah Swt:  
“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia”. [QS:13:11]

  Benar saja, Allah Swt meminta kita untuk merubah nasib kita sendiri dengan berbagai upaya. Begitulah Dia memberikan tantangan agar hamba-hambanya bekerja, berusaha dan beraktifitas  dengan giat. Allah!

Itulah mengapa kita harus yakin dengan upaya yang kita lakukan. Keputusan yang kita ambil dengan meminta terlebih dahulu petunjukNya, InsyaAllah tidak akan mengecewakan. Yakinlah!

Tidak ada komentar: