Sabtu, 12 Maret 2011

ANUGERAH NASYID #INA2011

Berangkat dari sebuah mimpi. Ajang perhelatan akbar sejumlah penghargaan diberbagai bidang mulai marak di Indonesia, mulai dari jasa asuransi, film, pariwara hingga tentunya musik. Saat itu sempat terfikir pasti seru kalo bikin penghargaan semacam ini untuk nasyid, di sebuah tempat yang elegan, megah, dihadiri para tokoh, pelaku, pengamat, pencinta musik nasyid numplek jadi satu. Beragam kategori mulai dari acapella, musik, haroki, perkusi, sampai musisi nasyid ter-produktif. Sekedar mimpikah?

Perkembangan Nasyid di tanah air memang fluktuatif sejak hadirnya di tahun 80-an dan mulai popular di tahun 90-an, nasyid belum pernah berada ‘aman’ di posisi puncak artinya dikenal luas di masyarakat, hingga pada tahun 2004 --kami menyebutnya—tahun kebangkitan nasyid ‘booming’ untuk pertama kalinya usai Pemilu 2004, seolah hampir serentak nasyid mulai dikenal banyak orang, grup2 nasyid pun bak jamur, ada dimana2, sekolah2 mulai ramai membuat tim nasyid, event organizer pun tak kalah untuk mengadakan kompetisi nasyid dan untuk pertama kalinya kompetisi nasyid masuk ke televisi di tahun ini. Berjalannya waktu nasyid perlahan mulai merambah ke daerah-daerah, sampai akhirnya hadirlah Solois Opick yang sangat diminati.

Medio 2006 teman-teman munsyid, penggiat nasyid, Produser Nasyid, Distributor Nasyid, Pencinta Nasyid, membuat sebuah organisasi nasyid kemudian berkembang ke berbagai daerah dengan semangat bernasyid menebar syiar Islam melalui syair music islami. Dalam perkembangannya bukan tanpa halangan, flusktuasi tadi membuat nasyid timbul tenggelam, banyak tapi tak menentu sampai harus terkalahkan dengan band2 papan atas Indonesia yang berani mengeluarkan album2 reliji mereka dan diminati. Namun bukan keadaan yang memotong urat nadi pernasyid-an tapi justru itulah tantangannya. Harus!! Harus kita yang mengembangkannya.
Dan kini, perlahan, seni music nasyid mulai beranjak, ragam jenis music nasyid pun mulai meramaikan dunia nasyid yang mulai diminati kembali, seperti menemukan mata air dari dahaga kemarau yang berkepanjangan. Tak hanya di tanah air namun juga merambah ke mancanegara.

Sampai pada satu waktu saat mimpi itu nyaris lenyap, bagai gayung bersambut, seorang sahabat satu profesi di Radio memiliki ‘mimpi’ yang sama!!, tiba2 menjadi sebuah mimpi yang HARUS direalisasikan, kenapa HARUS?karena memang peduli, peduli akan perkembangan nasyid, peduli akan karya2 nasyid yang HARUS mendapatkan tempat di masyarakat, HARUS diapresiasikan!!

Perlahan namun pasti bekal nekad dan percaya diri yang tinggi kami yakin bisa melakukannya. Bersama dengan Aliansi Radio Islam Indonesia kami bekerjasama. Karena ARIN adalah ‘kantong utama’ karya2 munsyid beredar sekaligus diperdengarkan khalayak, melalui Radio-radio Islam diberbagai daerah nasyid dikenal masyarakat yang kini perlahan merambah ke media televisi.


Dan malam ini [12/3] Allah mencoba merangkaian mimpi-mimpi itu, meninggikan harapan, membangun semangat, mengapresiasikannya dalam sebuah perhelatan yang kami coba lakukan. Untuk Indonesia, untuk Nasyid Indonesia, Untuk Sahabat Munsyid dengan segala karya dan peluhnya demi berkembangnya Nasyid di Tanah Air, untuk para pencinta Nasyid. Pertama di Indonesia ;
1st INDONESIAN NASHEED AWARD 2011

Terimakasih untuk rekan, sahabat, teman yang sudah membantu merealisasikan mimpi itu....

buat Iswandi Banna; “lihatlah tanganNya juga bekerja untuk merealisasikan mimpi itu Ban”

Epi Suliyati: “Yakin!dan kita bisa lakukan itu teh, selalu ada senyum untuk idealisme kita ;)”

Rekan-rekan ARIN : “makasih buat kerjasama media kita, karena bermitra itu=berjama’ah”

Sahabat Munsyid: “bergerak dan terus berkarya”

Pengamat, Penggiat, Pecinta Nasyid; “semoga bisa menginspirasi”

Makasih buat semua teman, rekan dan sahabat yang tak dapat disebut satu persatu, rekan di Asosiasi Nasyid Nusantara Pusat dan Wilayah Nasyid di seluruh tanah Air dari Sabang hingga Merauke, Organisasi Nasyid di Tanah Air, FSNI, BNC, Forum Nasyid Garut, dll. Produser music, label major dan indie, musisi, arranger music, rekan-rekan media di ALIANSI RADIO ISLAM INDONESIA [ARIN]; Sabili On Air 1530 AM Jakarta, Nuris 107.8 FM Tangerang, Asy-Syafi'iyah 792 AM Jakarta, Erdamah 107.7 FM Tangerang, Dakta 107 FM Bekasi, IC Radio 108 FM, MQ 102.7 FM Bandung, Lita 90.9 FM Bandung, MH 92.1 FM Solo, Stara Radio 106.9 FM Majalengka, Suara Muslim 93.8 FM Surabaya, A-Radio 101.1FM Lampung, Jazirah UMB 104.3FM Bengkulu, DJ 98.9FM Dumai, Jambi 103.5FM, Seulaweut 91FM Aceh, Suara HMM 106 FM Papua, media partner kami Laa Tahzan TV, Alif TV, Moslem Girls Indonesia, Majalah Sabili, Harian Republika, sponsorship kami; Bank Syariah Mandiri, Enervon-C "Biar Ngga Gampang Sakit", PNM (Permodalan Nasional Madani), Demi Masa Production, Idhan Kreasi, www.batikita.com dan semua komponen nasyid, temen-temen panitia; FSNI, IBF, SOC[Sabili On Air Community], Lya, Inun, Dymeh, Iqbal kuadrat;), Cahyana, temen2 Erdamah kru; mba Endang, mas Rangga, Om Iwan, temen2 Nuris, Asy-syafi’iyah AM, IC Radio, temen2 penyiar ; Rifki, Izam Dicky, Kiki Nuris, Fariz, Fatih, Fauzan fadli, Agus, sound engineering Yogia Mulyagara, temen2 Pizzicapella Fajar, Yoga-Yogi, mahasiswaku Hikmah dan Hayu, Photografer kita Lukman, D’mesej’er; om Ridwan, GRADIAN, SNADA, Snada Kids, Idhan, Om Irwan Demi Masa, Om Iim [Rahiem]-somay nya enak b^^. Semuanya yang tak dapat disebut satu2,,,,maaf yaa..

Malam inilah pesta kita. ANUGERAH NASYID di 1st INDONESIAN NASHEED AWARD 2011

Kamis, 10 Maret 2011

JATUH CINTA DAN BUSWAY


“Bagaimana kau bisa tahu jika tak mencobanya”

Inget banget kalimat tersebut terpatri di otak saat nonton film biografi seorang ballerina dunia asal Rusia. Intinya mengajarkan kita bahwa kita tidak akan pernah tau apa yg akan terjadi jika tidak kita sendiri yang mencobanya terlepas dari hasilnya baik atau buruk untuk kita, gagal, berhasil, menyenangkan, mengesalkan tapi yang pasti kita sudah mencobanya.

Agaknya paragraf di atas membuktikannya. Pada sebuah pengalaman dan justifikasi yang tak adil. Entah bagaimana kisah awalnya, seingatku saat pertama kali jasa transportasi publik TransJakarta [TJ] mulai beroperasi, tidak ada yg menarik, hanya bis besar yang ramah lingkungan memiliki jalur transportasi privasi dan memudahkan perjalanan, itu promo perdananya. Sejak awal bagiku TJ tetap biasa, terlebih saat TJ mulai memiliki kasus, mulai dari aksi kriminal, kemacetan yang luarbiasa parah karena jalur privasi, antrian panjang, pemangkasan kesempatan kerja, pengambilan jalur transportasi regular, sampai kecelakaan tingkat tinggi yang disebabkan oleh TJ. Ini mungkin yang menyebabkan ketidaksukaan pada moda transportasi ini. 

Statement ekstrem pun terlontarkan;

“ga akan deh gw naek buswey.ribet!!”

“belum lagi jalan yg harusnya simple jadi dibuat muter2”

“antrean panjang”

“nunggunya lama”

“apalagi harus desek2an,,,sama aja tuh kya bis umum yg laen. Yah..yg beda palingan juga tarif nya yg lebih mahal daripada bis umum”

“sisi keamanan sih lumayan tapi yang namanya pelecehan seks tetep ada,,”

Wah..banyak juga keluhannya..tidak pernah berminat untuk melakukan perjalanan dengan buswey, mungkin karena gw seorang rider sejati tapi memang lebih asik pake angkot regular, gelantungan, berdiri, campuran bau parfum plus bau badan, belom lagi copet beraksi, tapi tetep loving ma angkot regular.

Hingga satu hari..

Bis jurusan blok-m penuh berjejalan. Satu tubuh Nampak berdesakan dengan paksa, terjadi sangat cepat hingga akhirnya tangan itu berhenti tepat di resleting bagian depan tas biruku.

“hey, copet lo ye?!!”, lelaki muda itu Nampak tersentak mungkin dia tak sadar perilakunya terbaca olehku. Hem..mau maen2 dia…

“mendingan masuk atau g minggir ke belakang deh!!”, ga bergeming, hanya bergeser sedikit dari tempatnya semula. Sengaja berdiri tepat di belakangnya, udah mulai g nyaman ni bis ‘langganan’ ku..nampaknya aksinya juga di sadari oleh penumpang lainnya sampai akhirnya seorang anak SMU berteriak lebih keras,

“eh!! Copet lo ya???”

“bisa ancur lo digebukin penumpang laen!!”, bapak muda berseragam kantoran

“turun aja dari pada bonyok!”, penumpang laen tambah geregetan

“dari tadi gerogoh tas yg turun”, gw nambahin minta pembelaan, eh si Copet malah nyolot,

“mw kemana lo?”

“suka-suka gw”, bales gw lebih sengit. Ga lama gw turun, lelaki itu masih nyinyir liat gw..dendam kayaknya..

Hem..ga asik ni angkot kesayangan gw..

Sampai akhinya banyak yang merekomendasikan utk naek buswey demi keamanan dan kenyaman.

“mending lo naek buswey, yang laen macet dia lancer aja krn punya jalur sendiri”

“system pengamanannya bagus ko sekarang”

“apalagi kalo lo pulang malem, lebih aman”

Tawa kecil berderai..paling ogah dari awal naek buswey meskipun semuanya baru denger aja tanpa pernah tau dan dibuktikan sendiri. Pokoknya intinya ga suka aja.

Memang benar kita dianjurkan untuk tidak boleh membenci sesuatu secara berlebihan karena akan melahirkan kecintaan yang luar biasa begitupun sebaliknya. Sekarang gw malah kena batunya.

Berangkat dari rasa penasaran naek buswey, tidak adil rasanya men-justifikasi tanpa pernah mencoba dan membuktikannya sendiri. Jadilah berbekal nekat jalan2 ke IBF naek buswey dari depan kantor, awalnya sih ribet banget, bawel, tanya sana-sini, ketar2i takut nyasar, ga nyaman, dikit2 liat jalurnya, dikit2 baca pengumuman, meski kadang kudu berdiri, berdesakan tapi lumayan nyaman [kalo lagi kosong ber-AC] hehe..^^v

Yah paling ga ngerasa safety
Jadi sekarang malah JATUH CINTA dan busway..
Aku padamu deh..
^^v